Laman

Senin, 25 Oktober 2010

MULTAZAM

Mulyana, Lc. Referensi – Ensiklopedi Islam

Multazam adalah tempat di antara Pintu Ka’bah dan Rukun Hajar Aswad. Secara harfiah Multazam bermakna tempat yang amat diperlukan, Tempat inilah yang dinyatakan oleh Rasulullah saw sebagai tempat yang paling mustajabah untuk berdoa:
Artinya: Rasulullah saw bersabda: “Multazam adalah tempat doa yang mustajab (terkabul), tidak seorangpun hamba Allah swt yang berdoa di tempat ini tanpa terkabul doanya”.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Multazam menjadi tempat yang Mustajab:
1. Faktor Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim menjadi salah satu faktor penyebab Multazam sebagai tempat yang mustajab. Kenapa demikian? Karena nabi Ibrahim adalah orang yang membangun Ka’bah itu, bersama nabi Ismail. nabi Ibrahim adalah manusia yang memiliki energi positif luar biasa besar yang kemudian menular ke seluruh karya-karyanya. Sebagaimana firman Allah swt:
وَاذْكُرْ عِبدَنَا إبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُوْلِي الأَيْدِي وَالأَبْصَارِ

“Dan Ingatlah hamba-hamba Kami, Ibrahim, Ishak, dan Ya’kub yang mempunyai karya- karya besar dan ilmu pengetabuan (visi) yang jauh ke depan”(QS. Shad [38]:45)
Selain itu, Allah swt juga mengatakan bahwa nabi Ibrahim adalah hamba yang berhati lembut, sebagaimana firman-Nya:
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ
“Dan permintaan ampun dari Ibrabim (kepada Allah swt) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah swt, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.”(QS. At-Taubah [9]:114)
Apa hubungannya hati yang lembut dan karya yang besar? Bahwa hati yang lembut akan memancarkan cahaya dan aura yang positif. Semakin lembut dan ikhlas seseorang, maka pancaran auranya semakin kuat sehingga bisa meresonansi sekitarnya.
Selain itu nabi Ibrahim adalah rasul yang memiliki kualitas kepasrahan dan keikhlasan yang sangat tinggi. Sehingga oleh Allah swt, beliau dijadikan teladan bagi manusia. Semua itu telah terbukti ketika beliau diperintahkan untuk mengorbankan anaknya, nabi Ismail. Semua itu dijalaninya dengan penuh kepasrahan dan keikhlasan.
2. Faktor Hajar Aswad
Hajar Aswad, artinya Batu Hitam. Ia ditempatkan di sebuah lubang, di salah satu pojok bangunan Ka’bah.
Apakah pengaruh batu hitam yang disebut hajar aswad itu bagi kemustajaban doa seseorang? Kalau hanya batu saja, barangkali tidak banyak berguna untuk membantu kekuatan doa. Hal itu sebagaimana dikatakan oleh Umar bin Khotob:
عَنْ عُمَرَ رضي الله عنه اَنَّهُ جَاءَ اِلَى الْحَجَرِ اْلاَسْوَادِ فَقَبَّلَهُ فَقَالَ إِنِّى اَعْلَمُ اَنَّكَ حَجَرُ لاَ تَضَرَّ وَلاَ تَنْفَعُ وَلَوْلاَ اَنّى رَاَيْتُ النَّبِى يُقَبِّلًكَ مَا قَبِّلْتُكَ (رواه الْبخاري)
Dari Umar ra bahwa sesungguhnya dia datang ke hajar aswad kemudian menciumnya sambil berkata : “Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak mendatangkan madhorot atau manfaat, dan sekiranya aku tidak melihat nabi saw mencium kamu maka aku tidak akan menciummu” (HR Bukhori).
Yang perlu diperhatikan dari perkataan Umar ra adalah bahwa yang menjadikan doa terkabul bukan batunya yang manjur tetapi doa yang tulus dan ikhlas kepada Allah itu yang manjur, selain itu karena hajar aswad itu menjadi bagian dari karya seorang Ibrahim, dan juga karena doa yang pernah dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim.
3. Faktor Orang Berthawaf
Faktor penyebab besarnya gelombang elektromagnetik Ka’bah, salah satunya adalah dikarenakan orang berthawaf. Kenapa orang yang berthawaf menyebabkan munculnya gelombang elektromagnetik? Dan lantas apa kaitannya dengan doa yang mustajab? Ada kaitan yang sangat erat antara orang berdoa dan gelombang elektromagnetik yang ada di sekitar Ka’bah.
Sesungguhnya, setiap perbuatan manusia selalu menghasilkan gelombang elektromagnetik. Gelombang itu selalu memancar ketika kita melakukan apa pun. Baik kita sedang berkata-kata, ataupun kita sedang berpikir, apalagi sedang melakukan aktifitas fisik. Badan kita memancarkan energi elektromagnetik.
Kenapa demikian? Karena tubuh kita ini memang merupakan kumpulan bio elektron yang selalu berputar-putar di dalam orbitnya di setiap atom-atom penyusun tubuh kita. Ketika kita berkata-kata, kita sebenarnya sedang memancarkan gelombang suara yang berasal dari getaran pita suara kita.
Ketika kita berbuat, kita juga sedang memantul-mantulkan gelombang cahaya ke berbagai penjuru lingkungan kita. Jika tertangkap mata seseorang, maka mereka dikatakan bisa melihat gerakan atau perbuatan kita. Demikian pula ketika kita sedang berpikir, maka otak kita juga memancarkan gelombang-gelombang yang bisa dideteksi dengan menggunakan alat perekam aktivitas otak yang disebut EEG (Electric Encephalo Graph). Jadi setiap aktifitas kita itu selalu. memancarkan energi.
Maka doa yang kita ucapkan itu juga memiliki kandungan energi. Apalagi doa-doa yang kita ambil dari firman firman Allah di dalam al-Qur’an. Energinya besar sekali, seperti telah kita diskusikan di bagian sebelumnya.
Disisi lain, ternyata jutaan orang yang berthawaf mengelilingi Ka’bah juga menghasilkan energi yang besar. Dari mana asalnya? Di dalam ilmu Fisika kita mengenal suatu kaidah yang disebut Kaidah Tangan Kanan. Kaidah Tangan Kanan mengatakan:
Jika ada sebatang konduktor (logam) dikelilingi oleh listrik yang bergerak berlawanan dengan jarum jam, maka di konduktor itu akan muncul medan gelombang elektromagnetik yang mengarah ke atas.
Hal ini, dalam Kaidah Tangan Kanan, digambarkan dengan sebuah tangan yang menggenggam empat jari, dengan ibu jari yang tegak ke arah atas. Empat jari yang menggenggam itu digambarkan sebagai arah putaran arus listrik, sedangkan ibu jari itu digambarkan sebagai arah medan elektromagnetik.
Kaidah tangan kanan ini telah memberikan kemudahan kepada kita dalam memahami misteri Ka’bah. ‘Kebetulan’, orang berthawaf mengelilingi Ka’bah berputar berlawanan dengan arah jarum jam. Atau dalam kaidah itu mengikuti putaran empat jari tergenggam. Apa dampaknya? Seperti telah saya katakan, bahwa tubuh manusia ini sebenarnya mengandung listrik dalam jumlah besar yang dibawa oleh milyaran bio elektron dalam tubuh kita. Maka, dengan kata lain, kita sebenarnya bisa menyebut tubuh manusia ini adalah kumpulan muatan listrik. Sehingga ketika ada jutaan orang berthawaf mengelilingi Ka’bah, ini seperti ada sebuah arus listrik yang sangat besar berputar-putar berlawanan dengan arah jarum jam mengitari Ka’bah. Apa yang terjadi?
Di tengahnya, di Ka’bah khususnya lagi di Hajar Aswad terjadi medan elektromagnetik yang mengarah ke atas. Kenapa begitu? Karena dalam hal ini, Hajar Aswad telah berfungsi sebagai konduktor, seperti dijelaskan dalam Kaidah Tangan Kanan. Bahkan bukan sekedar konduktor, melainkan Superkonduktor!

Lantas, apa fungsi medan elektromagnetik yang sangat besar yang keluar dari Ka’bah itu? Gelombang inilah yang akan membantu kekuatan doa orang-orang yang bermunajat di sekitar Ka’bah, khususnya yang berada di dekat Hajar Aswad alias Multazam. Bagaimana menjelaskannya?
Pernahkah Anda mengamati seorang penyiar radio ketika dia sedang bertugas? Pada saat seorang penyiar berbicara di depan mikrofonnya, sebenarnya dia sedang menumpangkan suaranya pada gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh peralatan pemancarnya.
Jika dia berbicara tanpa mikrofon, maka jarak jangkau suaranya tidaklah terlalu jauh. Barangkali saat dia berteriak, suaranya hanya bisa menjangkau puluhan meter saja. Akan tetapi ketika dia menggunakan mikrofon, suaranya bisa menjangkau jarak yang lebih jauh.
Ini karena energi suaranya ‘diangkut’ oleh gelombang elektromagnetik, yang lantas dipancarkan lewat menara pemancar dengan power yang besar. Semakin besar powernya, maka semakin jauh pula Jarak tempuhnya. Bisa menjangkau berkilo-kilometer, dari sumber suaranya.
Kita bisa mengambil analogi ini untuk menjelaskan hubungan antara energi Ka’bah dan orang yang berdoa di dekatnya. Orang yang berdoa di dekat Multazam, bagaikan seorang penyiar radio yang sedang bertugas. Dia berada di depan ‘mikrofon’ Hajar Aswad. Maka ketika dia berdoa, pancaran energi doanya itu akan ditangkap oleh superkonduktor Hajar Aswad untuk kemudian dipancarkan bersama-sama gelombang elektromagnetik yang mengarah ke atas akibat aktivitas orang berthawaf.
Maka energi doa kita akan ‘menumpang’ gelombang elektromagnetik yang keluar dari Ka’bah itu, mirip dengan yang terjadi pada pancaran radio. Kekuatan doa kita menjadi berlipat-lipat kali, karena terbantu oleh power yang demikian besar dari Ka’bah menuju kepada Arasy Allah swt. Dalam hal ini, Ka’bah telah berfungsi bagaikan sistem pemancar radio.
Karena power yang besar itu pula, maka berdoa di Multazam menjadi demikian mustajab. Energi doa itu jauh lebih ‘cepat sampai’ kepada Allah swt, dan cepat pula memperoleh balasannya. Karena itu, hati-hatilah melakukan perbuatan-perbuatan di Mekkah, karena respon atas perbuatan kita itu demikian spontan. Hal ini telah banyak dibuktikan oleh orang-orang yang menunakan ibadah haji.
4. Faktor Ka’bah Sebagai Kiblat Shalat
Faktor yang semakin menguatkan do’a kita untuk terkabul adalah karena Ka’bah sebagai Kiblat shalat. Bisa kita bayangkan betapa Ka’bah betul-betul menjadi pusat gerakan shalat sepanjang waktu. Shalat itu sendiri gerakannya berputar 360 derajat, seperti orang sedang tawaf, setiap saat tidak henti-hentinya ada orang yang shalat menghadap ke Ka’bah. Betapa besar tegangan energi yang mengarah ke Ka’bah.
جَعَلَ اللّهُ الْكَعْبَةَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ قِيَامًا لِّلنَّاسِ وَالشَّهْرَ الْحَرَامَ وَالْهَدْيَ وَالْقَلاَئِدَ ذَلِكَ لِتَعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَأَنَّ اللّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Allah swt telah menjadikan Ka’bah, rumah Suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia, dan (demikian pula) bulan Haram, had-ya, qalaid. (Allah swt menjadikan yang) demikian itu agar kamu tahu, bahwa Sesungguhnya Allah swt mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. al-Maidah [5]: 97)
Ke empat faktor itu bukan satu-satunya sehingga setiap do’a pasti terkabul, namun secara kebetulan faktor itu yang mendukung mudahnya permohonan kita kepada Allah swt akan dapat terkabul, yang mengabulkan doa adalah Allah semata, tempat dan waktu ketika kita memanjatkan doa hanyalah sarana untuk memudahkannya, tetapi hak mengabulkan doa hanya milik Allah swt. Karena Allah swt sendiri juga sudah berjanji dalam firmannya:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.(QS. al-Mukmin [40]: 60)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar